Wajah Muhammad Wildan Rabbani Kurniawan (17) terlihat berseri-seri di tengah hiruk-pikuk suara pentas musik dan semaraknya bazar yang digelar oleh SMA Negeri 1 Gresik, Minggu (25/4). Namanya disebut berkali-kali oleh pembawa acara sebagai peraih nilai terbaik hasil ujian nasional (UN) tingkat SMA se-Jawa Timur.
Hasil nilai tertinggi itu disampaikan langsung oleh Kepala SMA Negeri 1 Gresik Sujatno kepada Wildan pada Minggu pagi. Wildan meraih nilai total 57,20 dari enam mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia (9,00), Bahasa Inggris (9,20), Matematika (10,00), Fisika (9,75), Kimia (9,75), dan Biologi (9,50).
Wow encer bgt otak ni anak !!
Wildan pun sangat bersyukur atas pencapaiannya kali ini. Remaja asal Dusun Kebondalem, Desa Mojopurowetan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, ini tidak menyangka bisa meraih nilai tertinggi.
Biasanya dia belajar usai shalat subuh sekitar satu jam dan usai shalat maghrib selama dua jam. "Sepulang sekolah, kalau tidak lelah saya sempatkan mengulang pelajaran sekitar satu jam," katanya.
Menurut anak pertama pasangan dari Histo Riyono dan Mufarohah itu, doa restu orangtua sangat penting. Oleh karena itu, dia selalu selalu mencium tangan kanan orangtuanya saat bersalaman setiap mau berangkat sekolah. Selain belajar teratur, anak pertama dari tiga bersaudara ini rutin mengerjakan shalat malam dan membiasakan diri berpuasa tiap hari Senin dan Kamis.
Pelajaran yang sangat disukai oleh Wildan adalah Biologi. Saat kelas X, Wildan pernah menjadi juara II Olimpiade Biologi tingkat Kabupaten Gresik. Ketika kelas XI, Wildan ikut Olimpiade Biologi lagi hingga juara di tingkat Provinsi Jawa Timur, bahkan ia menjadi finalis Olimpiade Biologi tingkat Nasional.
Wildan bercita-cita menjadi dokter sehingga gemar membaca buku soal anatomi tubuh manusia. Ia juga mendaftarkan diri pada seleksi penerimaan mahasiswa baru tanpa tes ke Universitas Indonesia (UI) dengan pilihan pertama Fakultas Kedokteran dan pilihan kedua Fakultas Metalurgi. "Saya tinggal menunggu pengumuman hasil PMDK (penelusuran minat dan kemampuan) di UI pada 15 Mei nanti. Saya berharap bisa diterima langsung agar tidak memikirkan ujian masuk lagi," katanya berharap.
Terkesan
Sebagai anak pertama, Wildan ingin membahagiakan sekaligus menjadi kebanggaan orangtuanya. Ayahnya, seorang wirausahawan batu kapur di Bungah, sedangkan ibunya ibu rumah tangga biasa. Maka, penggemar cerita tentang detektif kelahiran Gresik 9 Maret 1993 ini bersungguh-sungguh menuntut ilmu.
Selama sekolah Wildan sangat terkesan dengan teman-temannya yang kompak dan selalu mendorongnya untuk tetap semangat dan terus maju. Dorongan itu diberikan teman-temannya termasuk saat gagal menjadi pemenang pada Olimpiade Biologi tingkat Nasional.
Kepala SMA Negeri 1 Gresik Sujatno berharap, pretasi yang ditorehkan Wildan menjadi spirit bagi adik kelasnya untuk lebih baik lagi. Sekolah sendiri secara khusus membiasakan siswa menggelar istigasah setiap Kamis malam, selain memberikan bimbingan intensif menjelang ujian nasional. "Setiap pagi saya secara khusus menyambut siswa yang akan masuk kelas. Mereka bersalaman satu per satu," kata Sujatno.
Namun kebahagian wildan tidak berlangsung
lama.... karenaKebanggaan M. Wildan Rabbani Kurniawan sebagai peraih nilai ujian nasional (unas) tertinggi di Jawa Timur serasa hanya sekejap. Kini dia gundah memikirkan kelanjutan pendidikannya. Keterbatasan biaya membuatnya harus berpikir ulang untuk menggapai keinginan tersebut.
----
Kegundahan tengah dirasakan ayah Wildan, Historiyono Kusdarianto. Mem*perhatikan prestasi sang putra, dia sa*ngat ingin menyekolahkannya ke jen*jang yang lebih tinggi. Namun, ke*ter*batasan biaya menghalangi langkahnya.
Di tengah kegundahannya Yayak -pang*gilan lelaki itu- menghadap Kepala SMAN 1 Gresik Suyatno. ''Kami bingung. Sam*pai hari ini belum tahu bagaimana ke*lanjutan sekolah anak saya,'' ujarnya ke*marin (29/4).
Bahkan, Wildan masih memiliki tung*gakan uang pendidikan ke sekolahnya Rp 1,58 juta. Beruntung sekolahnya mem*be*baskan tanggungan tersebut.
Dengan nilai unas 57,20 -yang me*ru*pakan tertinggi di Jawa Timur- seharusnya Wil*dan berpeluang besar diterima di per*guruan tinggi. Ironisnya, ketika rekan-re*kannya sibuk mendaftarkan diri, Wildan ha*nya bisa diam. "Membeli formulir saja ka*mi tidak sanggup," kata Yayak.
Beruntung ada beberapa temannya yang pa*tungan meminjaminya uang Rp 250.000 un*tuk membeli formulir PMDK di UI (Universitas Indonesia). Uang senilai itu lu*mayan besar bagi Yayak, yang sehari-ha*ri bekerja serabutan.
Dulu Yayak adalah pengusaha kapur tu*l*is. Seiring perkembangan zaman, kapur tu*lis tergusur spidol dan white board. Pun*ah juga sumber nafkah Yayak.
Dengan kondisi tersebut, Wildan tidak berharap banyak. Satu-satunya harapan untuk melanjutkan pendidikan adalah hasil tes PMDK di UI. Soal itu pun, orang tuanya masih gamang. "Jika dia diterima, kami belum tahu bagaimana membayar biaya masuknya dan saat dia sudah kuliah kelak,'' keluh Yayak lirih.
Memang ada peluang beasiswa bidik misi di uni*ve*r*si*tas terbesar di Indonesia tersebut. Na*mun, pencairannya baru direalisasikan Juni mendatang. "Sampai hari ini kami juga belum mendapat kepastian dari pihak sekolah maupun dinas untuk langkah selanjutnya," katanya.
Pihak Dinas Pendidikan (Dispendik) dan SMA Negeri 1 Gresik juga belum me*mu*tuskan apa yang dilakukan untuk mem*bantu aset berharga itu. ''Yang pasti, kami te*rus berupaya agar dia bisa tetap me*lanjutkan pendidikan ke perguruan ting*gi,'' kata Suyatno.
Suyatno memang menjanjikan bantuan biaya kuliah. Namun, itu sebatas kemampuan sekolah. Sedangkan Dispendik belum menentukan langkah tegas.
Selama ini Dispendik memang tidak menyiapkan dana khusus untuk pembiayaan siswa-siswa berprestasi. "Sejauh ini, yang ada hanya sebatas reward atas prestasi yang diraih," kata Kabid Dikmen Dispendik Ali Affandi.
Quote:
AYO dukung wildan gan |
Quote:
Brusan ane liat di tv one si wildan dapet beasiswa gan kalo dy ktrma di FK UI. oleh PANASIC GOBEL wowww ebatt bener ni anak gan |
Spoiler for UPDATE:
Peraih nilai tertinggi ujian nasional tingkat SMA se-Jawa Timur, Dina Bakti Pertiwi, membutuhkan uluran tangan agar dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena keterbatasan biaya. "Saya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri (PTN), namun tidak memiliki biaya," kata Dina, di Jember, Minggu (2/5).
Siswa SMA Negeri 1 Jember jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tersebut tidak percaya dengan nilai UN yang diraihnya, 54,75 dan menjadi nilai yang tertinggi untuk SMA jurusan IPS di Jatim. Ia mengaku sudah mendapat banyak tawaran dari sejumlah donatur perseorangan dan lembaga yang sanggup membiayai kuliahnya selama beberapa tahun, namun ia belum memutuskan untuk memilih yang mana.
Bahkan Universitas Brawijaya (UB) Malang sudah menawarkan beasiswa, apabila Dina lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di perguruan tinggi itu. "Ada beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) di Surabaya dan Malang yang juga menawarkan beasiswa, asalkan saya bersedia kuliah di sana," paparnya.
Dina mengaku ingin kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) di Jakarta, sehingga harus mempersiapkan sebaik mungkin untuk mengikuti ujian STAN yang akan digelar 20 Juni mendatang. "Saat ini saya ikut bimbingan belajar di salah satu lembaga pendidikan di Jember demi mencapai keinginan saya melanjutkan pendidikan di STAN. Biaya ikut bimbingan belajar saya dapat dari donatur juga," katanya.
Penghasilan ibu Dina sebagai penjual nasi pecel tentu tidak cukup untuk membiayai Dina mengikuti sejumlah bimbingan belajar di Jember. "Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan para donatur yang sudah membantu saya sehingga bisa ikut bimbingan belajar. Saya akan berusaha sebaik-baiknya untuk mengikuti ujian di STAN," paparnya.
Siswi berprestasi asal Jember tersebut ingin diterima di STAN agar dapat membantu meringankan beban ibunya dan menyekolahkan adik-adiknya. "Ayah sudah tidak ada, sehingga ibu harus membanting tulang untuk menyekolahkan saya dan dua adik saya. Saya tidak ingin membebani ibu dengan biaya kuliah yang begitu besar," kata anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Anak pasangan M. Syafi` (alm) dan Tri Hartini tersebut memiliki cita-cita sebagai seorang akuntan yang hebat sehingga dia berjuang dengan gigih untuk mewujudkan semua itu. "Mudah-mudahan impian saya untuk lolos ujian di STAN dapat terwujud, saya harus rajin belajar dan berdoa kepada Allah SWT," kata siswi yang gemar salat tahajud bersama ibunya itu.(ANT)
Siswa SMA Negeri 1 Jember jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tersebut tidak percaya dengan nilai UN yang diraihnya, 54,75 dan menjadi nilai yang tertinggi untuk SMA jurusan IPS di Jatim. Ia mengaku sudah mendapat banyak tawaran dari sejumlah donatur perseorangan dan lembaga yang sanggup membiayai kuliahnya selama beberapa tahun, namun ia belum memutuskan untuk memilih yang mana.
Bahkan Universitas Brawijaya (UB) Malang sudah menawarkan beasiswa, apabila Dina lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di perguruan tinggi itu. "Ada beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) di Surabaya dan Malang yang juga menawarkan beasiswa, asalkan saya bersedia kuliah di sana," paparnya.
Dina mengaku ingin kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) di Jakarta, sehingga harus mempersiapkan sebaik mungkin untuk mengikuti ujian STAN yang akan digelar 20 Juni mendatang. "Saat ini saya ikut bimbingan belajar di salah satu lembaga pendidikan di Jember demi mencapai keinginan saya melanjutkan pendidikan di STAN. Biaya ikut bimbingan belajar saya dapat dari donatur juga," katanya.
Penghasilan ibu Dina sebagai penjual nasi pecel tentu tidak cukup untuk membiayai Dina mengikuti sejumlah bimbingan belajar di Jember. "Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan para donatur yang sudah membantu saya sehingga bisa ikut bimbingan belajar. Saya akan berusaha sebaik-baiknya untuk mengikuti ujian di STAN," paparnya.
Siswi berprestasi asal Jember tersebut ingin diterima di STAN agar dapat membantu meringankan beban ibunya dan menyekolahkan adik-adiknya. "Ayah sudah tidak ada, sehingga ibu harus membanting tulang untuk menyekolahkan saya dan dua adik saya. Saya tidak ingin membebani ibu dengan biaya kuliah yang begitu besar," kata anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Anak pasangan M. Syafi` (alm) dan Tri Hartini tersebut memiliki cita-cita sebagai seorang akuntan yang hebat sehingga dia berjuang dengan gigih untuk mewujudkan semua itu. "Mudah-mudahan impian saya untuk lolos ujian di STAN dapat terwujud, saya harus rajin belajar dan berdoa kepada Allah SWT," kata siswi yang gemar salat tahajud bersama ibunya itu.(ANT)
Quote:
aduh gan malang bner nasib kedua peraih unas ini gan yang wildan IPA yg dina IPS gan |
Ni poto Dina gan
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4010384
Fully supported by http://sdftyujklvbn.blogspot.com
("Mohon jangan di hapus kode sumbernya")
*copy(ctrl+c)-paste kode di atas ke dalam form posting(bagian *edit html) blog Anda